Rahasia Agar Selalu Beruntung

Apakah keberuntungan dan kesialan merupakan suratan takdir? Adakah cara agar kita selalu jadi orang yang beruntung? Dua sisi paradoks kehidupan ini rupanya menarik minat ilmuwan. Mengapa ada orang yang (merasa) selalu beruntung, sementara sebaliknya ada yang (merasa) sial? Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang-orang beruntung dengan orang-orang sial. Proyek penelitannya disebut The Luck Project. Metode penelitiannya sebagai berikut:

Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu beruntung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesannya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Dalam salah satu sesi The Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang-orang dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata dua menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok beruntung hanya memerlukan beberapa detik.

Kenapa bisa demikian? Ternyata Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi: “Berhenti menghitung sekarang! Ada 43 gambar di koran ini!”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan di tengah-tengah koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “Berhenti menghitung sekarang dan beritahu ke peneliti, Anda menemukan ini, dan menangkan $250!”. Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi.

Dari penelitian ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dengan yang sial:

1. Sikap terhadap peluang

Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Selain itu, mereka juga memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain, ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permatanya.

Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet. Setahun kemudian, Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih.

Angka-angka akan sangat membantu, tapi final decision umumnya dari “good feeling”. Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak berkesudahan.

Orang-orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang

Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi hal baik

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka, setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tesnya Prof Wiseman meminta para relawan untuk membayangkan sedang pergi ke bank, dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata.

Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “Wah sial bener ada di tengah-tengah perampokan.” Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “Untung saya ada di sana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan bisa mendapatkan uang”.

Orang yang beruntung bisa dengan cepat beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

sumber: http://www.uniknih.com

9 Cara Meningkatkan Energi

Tingkatkan energi Anda untuk mencapai hasil maksimal. Baru-baru ini, situs RealSimple memaparkan 9 langkah sederhana untuk meningkatkan energi:

1. Cobalah Hal Baru
Melakukan sesuatu yang baru (seperti belajar bahasa asing atau terlibat dalam proyek baru di kantor/kampus) membuat aktivitas kimiawi dalam otak membebaskan horman dopamine. Hormon ini, selain meningkatkan rasa senang dan bisa mengurangi rasa sakit, juga bisa meningkatkan motivasi dalam diri Anda untuk melakukan sesuatu dengan lebih aktif.

2. Keliling Ruangan
Tubuh yang aktif akan memperlancar sirkulasi darah. Dan, sirkulasi darah yang baik akan menghasilkan energi maksimal yang Anda perlukan.

3. Bernapas yang Benar
Bernapaslah lebih dalam, lebih lambat, dan lebih teratur dengan tenang. Oksigen yang masuk ke sel tubuh Anda bisa memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah, serta meningkatkan sirkulasi. Akhirnya semua itu akan memberikan lebih banyak energi untuk Anda.

4. Olahraga Rutin
Olahraga rutin banyak tiga kali seminggu, dengan masing-masing latihan berdurasi 30 menit, bisa meningkatkan fungsi pembuluh darah dan vitalitas tubuh.

5. Makan Teratur
Makan 3x sehari (yang diselingi 2x snack) dapat menjaga kadar gula dalam darah Anda. Akibatnya, tubuh tidak mengalami pasang surut energi.

6. Lakukan Hal yang Menyenangkan
Contohnya: menonton film komedi dan menikmati alunan musik. Kegiatan-kegiatan yang menyenangkan akan mengaktifkan beberapa wilayah di otak Anda, membangun koneksi saraf baru, dan meningkatkan aliran oksigen ke jantung.

7. Minum Air Putih
Usahakan agar Anda minum air putih secara teratur sepanjang hari (minimal 2 liter). Tubuh manusia memerlukan air untuk mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh.

8. Tenangkan Pikiran Anda
Memaksakan diri dan memusingkan banyak hal akan membuat Anda stres dan tidak bisa beraktivitas dengan maksimal. Istirahat dan tenangkan pikiran Anda dengan meditasi, yoga, atau kegiatan rohani. Setelah itu, Anda akan bisa berpikir lebih jernih dan siap berjuang lagi.

9. Pergi ke Luar Ruangan Sejenak
Anda bekerja di kantor? Setidaknya, sekali sehari dalam jam kerja Anda, langkahkan kaki ke luar gedung. Menghabiskan waktu di luar ruangan bisa mengurangi hormon stres dan mengurangi tekanan darah. Sinar matahari juga bisa meningkatkan hormon serotonin tubuh, yang bisa meningkatkan mood dan energi Anda.

AW Corner

Meningkatkan Konsentrasi

Untuk mendapatkan suasana yang dapat meningkatkan konsentrasi, kita bisa memilih warna untuk menstimulasinya. Sebagai contoh, dengan memilih warna terang dan segar, katakan saja sepotong buah semangka. Warna merah semangka tersebut dapat memicu pelepasan adrenalin yang dapat membangkitkan energi. Selain itu, kita juga dapat mencari pemandangan lain yang lebih indah dan sejuk, misalnya tumbuhan hijau seperti betantangan sawah atau sungai. Warna hijau tersebut dapat mengalahkan otak dari gelombang alpa stres ke gelombang beta yang tenang dan membuat kondisi mental kita siap untuk berkonsentrasi.

Sementara itu, untuk meningkatkan konsentrasi pada anak bisa dengan memperbayak mengonsumsi vitamin C tanpa melampaui dosis yang dibutuhkan tubuh setiap harinya. Menurut penelitian di Inggris, anak yang mengonsumsi lebih banyak vitamin C memiliki kemampuan mengingat yang lebih tajam dibandingkan anak yang kurang mengonsumsi vitamin C. Vitamin C dipercaya dapat menghilangkan hormon stres pada anak melebihi 30%. Hasil riset membuktikan bahwa sarapan havermut dapat meningkatkan daya konsen­trasi pada anak hingga 20%. Hal ini disebabkan haver­mut dapat mencegah penurunan energi yang akhirnya dapat menyebabkan otak sulit untuk berpikir jernih.

Kebahagiaan dan Kedamaian Pikiran

Dua kata ajaib, bahagia dan damai merupakan harapan dari semua manusia. Semua orang pasti menginginkan bahagia dan damai, tidak peduli apakah dia yang kantongnya tebal, atau pun dia yang kantongnya tipis. Bahagia dan damai adalah dua kata ajaib yang selalu menjadi visi kehidupan manusia. Persoalannya, banyak orang yang merasa terjebak dalam sebab-akibat kehidupan, dalam aksi-reaksi kehidupan, sehingga mereka bingung dan tidak tahu cara yang tepat untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan damai. Padahal Tuhan telah menanamkan benih bahagia dan benih damai di batin terdalam manusia, dan sekarang semuanya sangat tergantung kepada integritas diri untuk menjalani hidup ini dengan penuh rasa syukur dan terima kasih.

Bahagia dan damai hanya akan ada di dalam jiwa orang-orang yang menjalani hidup ini dengan perasaan beruntung, perasaan syukur, perasaan rendah hati, perasaan terima kasih, perasaan cinta, perasaan yang memuliakan orang lain, perasaan yang menghormati kehidupan lain melalui rasa kasih sayang, dan perasaan-perasaan batin lainnya yang diperkaya oleh nilai-nilai cinta dan penghormatan.

Bahagia dan damai adalah kado Tuhan buat kita, kado yang harus kita buka dengan penuh rasa syukur dan penuh rasa terima kasih, agar isi kado tersebut menjadi bernilai buat kehidupan kemanusiaan kita.

Djajendra

Ketentraman Batin

“Bagaimana Ayah mampu menahan diri untuk tidak pernah minum lagi selama hampir dua puluh tahun?” Setelah hampir dua puluh tahun, barulah aku memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat sangat pribadi itu. Ketika Ayah memutuskan untuk menghentikan kebiasaannya itu, mulanya seluruh keluarga cemas setiapkali Ayah menghadapi situasi yang sebelum itu pasti akan menyebabkan ia mulai minum lagi. Selama beberapa tahun kami tidak berani menyinggung-nyinggung persoalan itu, karena khawatir kalau malah akan menyebabkan dia kembali pada kebiasaan lamanya.

“Aku selalu punya sajak singkat yang selalu aku ucapkan dalam hati, paling tidak empat sampai lima kali dalam sehari,” jawab Ayah. “Kata-katanya selalu bisa melegakan dan mengingatkan aku bahwa keadaan tak akan begitu parah sampai aku tidak sanggup menanganinya.” Ia lantas menuturkan isi sajak itu kepadaku. Aku pun mengikuti kebiasaan Ayah, mengucapkannya setiap hari.

Sekitar satu bulan setelah percakapan dengan Ayah, aku menerima sebuah hadiah yang dikirimkan lewat pos oleh salah seorang teman. Buku itu berisi kata-kata mutiara, masing-masing satu untuk setiap harinya.

Menurut pengalamanku, jika menerima sesuatu dengan catatan hari-hari dalam setahun, secara otomatis kita akan mencari halaman dengan tanggal kelahiran kita.

Aku cepat-cepat mencari halaman bertanggal hari kelahiranku untuk melihat kata mutiara yang khusus ditujukan kepadaku. Begitu halaman itu aku buka, aku langsung kaget dan mataku berkaca-kaca. Pada tanggal kelahiranku ternyata tertera sajak yang selama bertahun-tahun telah membantu Ayah dalam mempertahankan tekadnya.

Sajak itu berjudul: Doa Ketentraman Batin

Tuhan, karuniailah diriku

Ketentraman batin untuk menerima

Hal-hal yang tak akan mungkin bisa aku ubah;

Keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa aku ubah;

Dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya

Barry Spilchuk

Kisah Rahasia Kebahagiaan

Alkisah, ada lelaki tua yang berjalan masuk ke sebuah restoran dengan langkahnya yang terseret-seret. Dengan kepala yang dimiringkan dan bahunya yang berposisi agak membungkuk ke depan, lelaki itu bersandar pada tongkat andalannya dengan langkah-langkah yang tidak terburu-buru.

Jaket kainnya yang terlihat sobek-sobek, celana panjangnya yang bertambal, sepatunya yang usang, dan kepribadiannya yang hangat membuatnya tampil berbeda dari pengunjung lainnya di Sabtu pagi itu. Yang tak terlupakan adalah kedua matanya yang berkilau bagai intan, pipinya yang lebar dan kemerahan, serta bibir tipisnya yang membentuk senyuman hangat.

Langkahnya terhenti, dan ia pun membalikkan badan, berkedip pada seorang anak kecil yang duduk di dekat pintu. Anak itu membalasnya dengan cengiran lebar. Seorang pelayan muda bernama Nina memperhatikannya berjalan terseret-seret menuju sebuah meja di samping jendela.

Nina menghampiri lelaki tua itu, dan berkata, “Mari, Pak, saya bantu Anda duduk.”

Tanpa berkata apa pun, lelaki tua itu tersenyum dan mengangguk sebagai ucapan terima kasih. Nina menarik kursi dari meja. Dengan satu tangannya, Nina membantu lelaki itu duduk di kursi hingga merasa nyaman. Lalu, si pelayan menarik meja ke dekat lelaki tua itu, dan menyandarkan tongkatnya pada meja agar mudah dijangkaunya.

Dengan suara yang jernih dan lembut, lelaki itu berkata, “Terima kasih, dan semoga kamu mendapat berkah atas kebaikanmu.”

“Sama-sama, Pak,” jawab si pelayan. “Nama saya Nina. Saya akan kembali sebentar lagi dan kalau perlu sesuatu, panggil saja saya.”

Setelah lelaki tua itu menghabiskan makanan dan minumannya, Nina membawakan uang kembalian. Lelaki itu meletakkannya di atas meja. Nina membantu lelaki itu bangkit dari kursi dan keluar dari mejanya. Nina memberikan tongkatnya dan menggandengnya hingga ke pintu depan.

Sembari membukakan pintu, Nina berkata, “Silakan datang kembali, Pak!”

Lelaki tua itu berbalik, berkedip dan tersenyum, lalu mengangguk sebagai ucapan terima kasih. “Tentu saja,” katanya lembut.

Ketika Nina membersihkan meja yang tadi dipakai lelaki itu, ia hampir saja pingsan. Di bawah piring, ia menemukan sebuah kartu nama dan pesan di sebuah tisu dengan tulisan tangan yang agak acak-acakan. Di bawah tisu itu terselip lima lembar uang seratus ribu rupiah.

Pesan pada tisu itu berbunyi demikian: “Dear Nina, saya sangat menghormati kamu dan saya bisa lihat bahwa kamu pun menghormati diri sendiri. Itu terlihat dari caramu memperlakukan orang lain. Kamu telah menemukan rahasia kebahagiaan. Sikap hangatmu itu akan terpancar ke semua orang yang kamu jumpai.

Ternyata setelah diselidiki, lelaki tua yang dilayani Nina tadi adalah pemilik restoran tempatnya bekerja. Inilah kali pertama Nina dan juga para karyawan lainnya melihatnya secara langsung.

AW Corner

Kedamaian Hati

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang Raja mengadakan sebuah sayembara. Dengan hadiah berupa emas yang sangat berharga kepada rakyat yang bisa melukis tentang “kedamaian”. Saat diumumkan, banyak seniman dan pelukis mencoba mengikuti sayembara dan berusaha keras untuk memenangkan lomba tersebut.

Waktu yang dijanjikan pun tiba. Baginda Raja datang ke tempat para seniman melukis dan berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Di antara sekian banyak lukisan, hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukai baginda Raja, yang dianggap mampu mewakili tema tentang kedamaian. Dan sang Raja harus memilih satu di antara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian, gunung-gunung menghijau yang menjulang mengitari danau, di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arakan. Sungguh lukisan pemandangan alam yang sangat indah. Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan tentang kedamaian jiwa bagi yang melihatnya.

Sedangkan lukisan kedua menggambarkan pemandangan pegunungan juga. Namun tampak kasar, gundul, dan gersang. Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai yang telah mereda. Di sisi gunung, ada air terjun deras yang berbuih-buih. Sekilas, lukisan itu sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian. Tapi, sang Raja melihat sesuatu yang menarik. Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak menghijau di atas sela-sela bebatuan. Dan di antara semak-semak itu, tampak seekor induk burung pipit berada di atas sarangnya, sedang mengerami telurnya dan terlihat sebuah kehidupan baru berupa anak burung pipit yang menetas dari pecahan telur. Benar-benar indah dan damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba? Sang Raja memilih lukisan nomor dua sebagai pemenangnya. Banyak orang pun bertanya: mengapa lukisan itu yang dimenangkan oleh baginda Raja?

Baginda Raja menjawab dengan lantang, “Lihatlah burung pipit di dalam lukisan ini, mampu menggambarkan sebuah kedamaian,tanggung jawab, dan kehidupan baru. Lihat gambaran situasi alam yang buruk dan tidak mendukung, tetapi ibu pipit memenuhi segenap tanggung jawabnya, tetap mengerami telurnya hingga menetas.

Rakyatku… Kedamaian itu bukan berarti kita harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan, atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah suasana hati dan pikiran yang tenang dan damai. Meski kita berada di tengah-tengah keributan luar biasa namun tidak dipengaruhi keadaan luar. Kedamaian hati adalah kemampuan menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan di segala situasi dan tetap mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.”

Semua yang mendengar perkataan raja pun dengan diam mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.

Pembaca yang luar biasa,

Mampu tetap merasa damai di tengah “kekacauan” atau situasi yang riuh rendah memang tidak mudah. Biasanya kita cenderung larut di dalamnya, bahkan mungkin menjadi semakin kacau dan berantakan.

Jika hati dan pikiran kita tidak mampu tenang, kita pun akan mudah terhasut, termakan isu-isu negatif dan hidup menjadi terombang-ambing. Karenanya, kesempatan kita untuk merasakan kedamaian dan bahagia pun menjadi hilang. Mari kita jaga hati dan pikiran sendiri agar selalu tenang dan damai sehingga kebahagiaan akan menjadi milik kita selamanya.

Salam sukses luarbiasa!

Andrie Wongso

Rumi dan Rahasia Kebahagiaan

Jalaluddin Rumi yang lahir pada tahun 1207 di kota Balkh, adalah seorang Sufi dari Persia yang dikagumi karena kasihnya pada Tuhan. Puisi-puisinya dipenuhi dengan perasaan kasih akan Tuhan. Dalam puisinya Rumi menyampaikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya tujuan dalam hidup ini, dan tidak ada yang tujuan hidup lain yang bisa menyamainya.

Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, seorang rohaniwan yang berpandangan maju, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah ini kelak akan masyhur karena menyalakan api gairah Ketuhanan.

Rahasia Kebahagiaan adalah Pulang ke Rumah yang Sebenarnya

Dalam tulisan-tulisannya, Rumi mengungkapkan rahasia kebahagiaan. Rumi telah mempelajari sifat-sifat energi 5 elemen, pikiran, dan jiwa, sehingga mampu mengetahui rahasia tersebut.

Rumi mengumpamakan diri kita dengan orang yang sedang bepergian. Selama kita tinggal di rumah orang lain, kita tidak merasa berbahagia. Kita akan gembira dan bahagia, bila sudah pulang ke rumah dan bertemu kembali dengan keluarga kita.

Menurut Rumi, rahasia kebahagiaan adalah bila seluruh energi pada diri kita kembali ke rumah asalnya, yaitu: energi 5 elemen kembali ke rumah asalnya, energi pikiran kembali ke rumah asalnya, dan jiwa kembali ke rumah asalnya. Masing-masing energi tersebut mempunyai rumahnya masing-masing.

Rumah dari energi 5 elemen adalah pusat energi 5 elemen. Rumah dari pikiran adalah alam pikiran fisik, astral, dan kausal. Rumah dari jiwa adalah rumah Tuhan.

Rumah atau Pusat dari Energi 5 Elemen

5 elemen terdiri dari elemen kelima Eter, elemen keempat Udara, elemen ketiga Api, elemen kedua Air, dan elemen pertama Bumi. Kita akan merasa bahagia, bila masing-masing elemen pada tubuh kita berada pada rumahnya masing-masing atau berada pada pusatnya.

Tetapi pada kenyataannya, tidak selalu demikian. Energi elemen Eter bisa turun dan berada di pusat elemen Bumi. Demikian pula elemen lainnya. Dengan demikian, aliran energi menjadi tidak teratur. Aliran energi yang benar seharusnya mengalir dari pusat elemen Eter, turun ke pusat elemen Udara, turun ke pusat elemen Api, turun ke pusat elemen Air, dan akhirnya sampai di pusat elemen Bumi.

Jadi kita harus mengatur kembali aliran energi, agar energi 5 elemen tersebut kembali ke posisi semula dan mengalir sesuai dengan aliran energi yang benar.

Rumah atau Pusat dari Pikiran

Ada 3 jenis pikiran, yaitu pikiran kausal, astral, dan fisik.Pikiran fisik disebut juga Kesadaran Fisik. Pikiran Astral disebut juga Kesadaran Astral. Pikiran Kausal disebut juga Kesadaran Kausal.

Rumah pikiran ada di atas rumah dari 5 elemen, yaitu pusat elemen ke-6, ke-7, dan ke-8. Energi pikiran fisik seharusnya berada pada pusat elemen ke-6. Energi pikiran astral seharusnya berada pada pusat elemen ke-7. Energi pikiran kausal seharusnya berada pada elemen ke-8.

Jadi aliran energi yang benar seharusnya mengalir dari energi pikiran kausal dari pusat elemen ke-8, turun ke pikiran astral di pusat elemen ke-7, dan selanjutnya turun ke pikiran fisik di pusat elemen ke-6. Menurut Rumi, dalam kondisi inilah terjadi kebahagiaan.

Tetapi kenyataannya tidak selalu demikian. Pikiran Kausal mungkin saja turun ke pusat elemen di bawahnya, misalnya pusat elemen ketiga Api. Pikiran Astral mungkin saja turun ke pusat elemen kedua Air, dan pikiran fisik mungkin telah turun ke pusat elemen pertama Bumi. Hal ini membuat pikiran menjadi tidak berbahagia dan gelisah.

Agar bahagia, kita harus membawa pikiran Kausal kembali ke pusatnya, yaitu pusat elemen ke-8. Demikian pula, pikiran Astral harus dibawa kembali ke pusatnya di elemen ke-7, dan pikiran fisik harus dibawa kembali ke pusatnya di elemen ke-6.

Rumah dari Jiwa

Jiwa akan bahagia bila ia bisa pulang kembali ke rumahnya, yaitu rumah Tuhan. Oleh sebab itu, Rumi selalu mengatakan, bahwa Tuhan adalah satu-satunya tujuan dalam hidup ini. Dengan kembali kepada Tuhan, maka jiwa akan mencapai kebahagiaan sempurna.

Rumah jiwa ada di atas rumah pikiran. Agar jiwa bisa berbahagia, jiwa harus pulang kembali ke rumah Tuhan.

Jadi, seperti halnya di alam fisik, kita akan merasa bahagia ketika pulang ke rumah kita, demikian pula, kelima elemen, ketiga pikiran, dan jiwa, harus pulang ke rumah masing-masing.

Kita bisa berusaha untuk berbahagia, dengan cara berdoa dan bermeditasi. Dengan berdoa dan bermeditasi, kita berusaha membawa kelima elemen, ketiga pikiran, dan jiwa kita, untuk pulang ke rumah masing-masing. Ini memang merupakan perjalanan panjang, dan menurut Rumi, diperlukan semangat kasih yang membara.

Aleysius H. Gondosari